Agorafobia adalah rasa takut yang dialami individu saat berada di situasi yang menyulitkannya untuk kabur atau tidak ada bantuan ketika sesuatu yang buruk terjadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan agorafobia sebagai fobia terhadap keramaian dan kerumunan (orang).
Banyak yang berasumsi bahwa agorafobia hanyalah ketakutan ringan terhadap ruang terbuka, namun sebenarnya fobia ini adalah kondisi yang lebih kompleks. Penderita agorafobia mayoritas takut untuk bepergian menggunakan transportasi umum, mengunjungi pusat perbelanjaan, dan bahkan meninggalkan rumah.
Gejala Agorafobia
- Gejala Fisik. Gejala fisik biasanya hanya muncul saat penderita berada di situasi atau lingkungan yang menyebabkan kecemasan. Kebanyakan penderita agorafobia jarang mengalami gejala fisik karena mereka menghindari situasi-situasi yang membuat mereka cemas. Gejala fisik agorafobia mirip dengan serangan panik, diantaranya percepatan detak jantung, percepatan pernafasan, merasa gerah dan berkeringat, sakit di dada, kesulitan menelan, dengung telinga, dan sebagainya.
- Gejala Kognitif. Gejala kognitif adalah perasaan atau pikiran yang sering kali terkait dengan gejala fisik. Contoh gejala kognitif adalah ketakutan pada serangan panik yang membuat penderita terlihat seperti orang bodoh atau malu di depan banyak orang, kehilangan akal sehat, bergetar di hadapan orang banyak, dan tidak bisa melarikan diri dari tempat atau situasi saat dirinya mengalami serangan panik.
- Gejala Perilaku. Gejala agorafobia yang berkaitan dengan perilaku diantaranya menghindari situasi yang bisa memicu serangan panik, tidak mampu keluar rumah untuk waktu yang lama, dan membutuhkan orang yang dipercaya saat pergi kemanapun. Penderita bisa memaksakan diri mereka untuk menghadapi situasi yang tidak nyaman itu, namun saat melakukannya mereka merasa takut dan cemas.
Penyebab Agorafobia
Mayoritas kasus agorafobia berkembang sebagai komplikasi gangguan panik, yaitu gangguan kecemasan yang melibatkan serangan panik dan momen ketakutan yang luar biasa. Ini bisa meningkat dengan menghubungkan serangan panik dengan tempat atau situasi ketika kejadian muncul lalu memutuskan untuk menghindarinya.
Sebagian kecil penderita agorafobia tidak memiliki riwayat serangan panik. Dalam kasus seperti ini, ketakutan mereka kemungkinan terkait dengan masalah seperti ketakutan terhadap kriminalitas, terorisme, penyakit, dan kecelakaan. Kejadian traumatis seperti kematian orang terdekat juga dapat berkontribusi pada agorafobia, begitu juga dengan gen yang diturunkan dari orang tua.
Pengobatan Agorafobia
Perubahan gaya hidup termasuk berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, dan menghindari alkohol, obat-obatan, dan minuman yang mengandung kafein. Teknik self-help sering digunakan saat menghadapi serangan panik yaitu tetap di tempat, fokus pada sesuatu yang tidak mengancam dan terlihat, serta bernafas dalam dan perlahan.
Jika self-help tidak mempan saat menghadapi agorafobia, disarankan untuk menghubungi dokter atau langsung mengajukan terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif. Mengkonsumsi obat-obatan direkomendasikan jika self-help dan perubahan gaya hidup tidak efektif mengontrol gejala-gejala yang muncul. Obat yang diresepkan dokter berfungsi sebagai antidepresan.
Sumber: National Health Service UK
Alih Bahasa: Puji Wulandari IIK Bhakti Wiyata