Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT) adalah salah satu jenis psikoterapi, yang mengombinasikan terapi perilaku dan terapi kognitif. Kedua terapi tersebut bertujuan mengubah pola pikir dan respons pasien, dari negatif menjadi positif. CBT bertujuan untuk membantu pasien menghadapi masalah melalui cara yang positif dengan memecahnya menjadi bagian-bagian kecil.
CBT terbukti efektif untuk menyembuhkan berbagai macam kondisi kesehatan mental, terutama depresi dan gangguan kecemasan. CBT juga membantu penderita bipolar, borderline personality disorder, gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia, OCD, gangguan panik, fobia, PTSD, psikosis, skizofrenia, dan masalah tidur.
Dalam CBT, masalah akan dipecah menjadi 5 bagian utama yaitu:
- Situasi
- Pikiran
- Emosi
- Perasaan fisik
- Tindakan
CBT didasarkan pada konsep 5 bagian itu dihubungkan dan berpengaruh satu sama lainnya. Misalnya, pemikiran tentang situasi tertentu sering kali mempengaruhi bagaimana perasaan individu baik secara fisik maupun emosi, dan bagaimana individu itu berperilaku sebagai responnya.
Saat Menjalani Sesi CBT
CBT biasanya terdiri dari 5 hingga 20 sesi dilakukan seminggu atau dua minggu sekali dengan masing-masing sesi berdurasi 30 hingga 60 menit.
Terapis akan bertanya mengenai latar belakang dan masa lalu pasien. Hal ini penting, karena meskipun terapi lebih berfokus pada situasi saat ini, namun masalah yang dialami pasien juga bisa terkait dengan masa lalu. Terapis juga akan menanyakan sejumlah faktor yang mungkin terkait dengan masalah pasien, termasuk riwayat medis, peristiwa tertentu (misalnya pernah bercerai), gejala gangguan jiwa, hingga tujuan yang ingin dicapai melalui terapi.
Saat menjalani terapi, pasien dengan dibantu terapis akan memecah masalah menjadi beberapa bagian seperti pikiran, perasaan fisik, dan tindakan. Pasien dan terapis akan menganalisis bagian-bagian itu untuk diperbaiki jika tidak realistis atau tidak membantu, dan untuk menentukan bagaimana bagian itu memberi efek satu sama lain dan kepada pasien.
Setelah dianalisis, terapis akan membantu pasien untuk mengubah pikiran dan tindakan yang tidak membantu. Setelah mengetahui apa saja yang bisa diubah, terapis akan meminta pasien untuk melatih perubahan-perubahan itu di kehidupan sehari-hari lalu didiskusikan di pertemuan berikutnya.
Sebagai contoh, pasien dengan gangguan kecemasan cenderung menghindari situasi yang memicu munculnya perasaan cemas atau gelisah. Dalam sesi terapi, pasien akan belajar memahami bahwa menghindari situasi tersebut malah akan meningkatkan rasa takut. Untuk mengubahnya, pasien akan dilatih untuk menghadapi rasa takut secara bertahap, sehingga muncul kepercayaan dirinya saat mengalami situasi yang memicu kecemasan.
Kelebihan dan Kekurangan CBT
CBT dapat efektif sebagai pengobatan untuk menyembuhkan beberapa masalah mental, namun CBT juga kemungkinan tidak berhasil atau tidak cocok untuk semua orang.
Kelebihan CBT diantaranya:
- Dapat membantu saat konsumsi obat-obatan saja tidak cukup
- Dapat selesai dalam periode waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan terapi diskusi lainnya
- CBT yang terstruktur dapat dilaksanakan dalam berbagai format termasuk dalam kelompok serta buku dan aplikasi self-help
- Mengajari pasien strategi yang berguna dan praktis yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan setelah seluruh sesi terapi berakhir
Kekurangan CBT diantaranya:
- Pasien harus berkomitmen kuat untuk mendapat hasil yang maksimal. Terapis memang membantu dan memberi saran, namun mereka juga memerlukan pasien untuk kooperatif
- Menghadiri sesi CBT dan mengerjaan “PR” diantara sesi memerlukan banyak waktu
- CBT kemungkinan tidak cocok untuk orang-orang dengan kebutuhan kesehatan mental yang lebih kompleks atau yang susah belajar
- CBT membuat pasien untuk mengkonfrontasi perasaan dan kecemasan mereka. Di awal-awal sesi pasien kemungkinan merasa cemas atau tidak nyaman
Sumber: Alodokter Kemenkes RI, National Health Service UK
Alih Bahasa: Puji Wulandari IIK Bhakti Wiyata