Ahli kesehatan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) menerangkan bahwa adanya krisis terhadap kesehatan jiwa akibat adanya pandemi Covid -19 (Anwar, 2020). Dampak dari adanya pandemi tidak hanya berpengaruh terhadap sosial dan finansial saja namun juga mempengaruhi secara mental pada berbagai kelompok umur, termasuk ibu.
Gangguan mental pada orang tua, khususnya seorang ibu akan mempengaruhi terjadinya perkembangan pada anak. Seorang ibu dituntut untuk mengatur rumbah tangga baik mengatur pengeluaran dan pendapatan keluarga, mendedikasikan dirinya dalam keluarga serta melaksanakan tugas rumah tangga seperti mendidik, merawat, membesarkan anak.
Ibu yang mengalami gangguan mental tidak dapat memberikan pengasuhan secara optimal. Ibu yang mengalami gangguan mental akan kesulitan dalam berinteraksi dengan anak mereka, karena orang dengan gangguan mental dapat menarik dirinya, memiliki perasaan curiga, lebih sensitif mudah tersinggung, lebih agresif dan pada kondisi ini dapat mempersulit hubungan antara ibu dan anak.
Sudah banyak kasus akibat dari gangguan mental atau depresi pada ibu yang terjadi di Indonesia. Salah satu kasus yang masih menjadi topik hangat adalah kasus ibu yang menggorok 3 anaknya. Sarah Oktaviani Alam (2022) menuliskan kasus yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah yaitu seorang ibu berisinial KU yang tega menggorok dan membunuh anaknya karena mendengar bisikan gaib. Namun seorang psikolog menanggapi bahwa bisikan gaib yang di dengar pelaku adalah efek dari depresi dengan level tinggi, sehingga menimbulkan halusinansi dan delusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya depresi pada seorang ibu di masa pandemi Covid-19 antara lain usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, serta aktivitas. Menurut Huang & Zhao (2020) menyatakan bahwa yang lebih sering mengalami kecemasan dan gejala depresi adalah kelompok umur kurang dari 35 tahun termasuk kelompok ibu muda. Perempuan cenderung lebih sering merasakan sedih dan depresi pada masa pandemi Covid-19. Status ekonomi keluarga juga menjadi salah satu penyebab dari meningkatnya risiko depresi. Terjadinya perubahan aktivitas akan berisiko mengalami depresi, kecemasan, dan level stress naik.
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting seperti halnya kesehatan fisik. Perlu adanya upaya seperti relaksasi, pengetahuan tentang gangguan mental saat pandemi dan pemahaman mengenai kondisi yang mereka alamai selama wabah ini cara efektif untuk menurunkan ketegangan dan risiko gangguan mental .
Referensi :
Anwar, F. (2020, 14 Mei). PBB Sebut Dunia Hadapi Krisis Kesehatan Mental Gegara Pandemi Corona. detikhealth.com. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5014498/pbb-sebut-dunia-hadapi-krisiskesehatan-mental-gegara-pandemi-corona.
Huang, Y., Zhao, N. (2020). Chinese Mental Health Burden During the COVID-19 Pandemic. Asian Journal of Phsychiatry.
Choiriyah, D. (2016). Depresi pada Ibu dan Pengaruhnya dalam Perilaku Pengasuhan. Jurnal Psikologi Proyeksi.
Alam, S. (2022, 27 Maret). Ibu Tega Bunuh Anak Diduga Depresi Hingga Dengar Bisikan Gaib, Ini Kata Psikolog. Detikhealth.com. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6003265/ibu-tega-bunuh-anak-diduga-depresi-hingga-dengar-bisikan-gaib-ini-kata-psikolog?_ga=2.74007250.1747089847.1651196499-1099369482.1646969182
Nurmina, dkk. (2020). Pelatihan Manajemen Stres dan Relaksasi Bagi Ibu Rumah Tangga Terdampak Covid 19 di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kota Padang. Jurnal Plakat.