Kategori
Uncategorized

Jangan Terlalu Cemas Terhadap Covid-19. Anda Bisa Terkena Psikosomatis. Apa itu?

Pada postingan kali ini, saya sedikit membahas tentang hal yang berbau psikologi. Kebetulan, saya di kampus www.iik.ac.id juga mengajar mata kuliah Psikologi dan Perilaku Organisasi. Kali ini saya akan membahas mengenai psikosomatis. Tentunya akan dihubungkan dengan keadaan yang sedang menjadi perhatian saat ini, yaitu pandemi Covid-19. Sampai saat ini, pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Para ilmuan diseluruh dunia saat ini berlomba dengan waktu, untuk segera menyelesaikan sebuah pekerjaan besar yang diharapkan seluruh manusia di muka bumi ini, yaitu vaksin Covid-19. Sebuah virus mematikan yang kehadirannya cukup membuat semua negara dibuat cemas akan ancaman nyata virus mematikan ini. Gejalanya yang mirip dengan penyakit flu, menyisakan sebuah teka teki mengenai spesifikasi penyakit ini secara gamblang. Namun, seseorang divonis positif covid-19 jika hasil tes PCR menunjukkan positif. Penularan yang begitu cepat dan setiap hari terdapat korban Covid-19 yang meninggal, membuat orang-orang khawatir terpapar virus tersebut. Diantara mereka, ada yang mengalami cemas berlebihan. Kecemasan ini justru menimbulkan gejala seperti terpapar Covid-19. Kecemasan membuat mereka tiba-tiba merasa seperti terinfeksi Covid-19. Padahal, mereka hanya mengalami kecemasan saja. Keadaan ini yang menimbulkan psikosomatis. Psikosomatis merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis. Psikosomatis dapat menimbulkan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh. Pada orang yang terkena psikosomatis, terdapat gangguan tubuh yang disebabkan karena tekanan emosional yang berlebihan. Psikosomatis dapat menimbulkan keluhan berupa jantung berdebar, sakit kepala, lesu, sesak napas, dan mag. Karena kondisi ini bukan merupakan penyakit fisik, maka tidak terdapat kelainan pada fisik penderitanya. Kondisi psikosomatis dapat terjadi jika seseorang sering mendapat informasi mengenai Covid-19, khususnya berita yang mengerikan dan menyedihkan. Semakin merasa cemas, maka semakin gejala Covid-19 itu terasa. Oleh karena itu, saat ini media harus mengimbangi pemberitaan dengan hal-hal yang dapat meningkatkan optimisme. Pemberitaan berbau optimisme dapat mengurangi bahkan mencegah terjadinya psikosomatis. Perasaan bahagia dipercaya menjadi salah satu “obat” penyembuh Covid-19. Kita seharusnya tidak perlu terlalu cemas. Namun, jangan sampai mengabaikan bahaya Covid-19. Hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang adalah tetap optimis dan selalu patuh terhadap protokol kesehatan. Hal ini selain mencegah terjadinya psikosomatis, juga mencegah penularan Covid-19

Oleh Hikmawan Suryanto

Dosen di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri