Kategori
Serba Serbi Farmasi

RESEP DAN SALINAN RESEP (bagian kedua)

Halo pembaca blog yang berbahagia. Pada kesempatan kali ini, saya akan lanjut membahas tentang resep dan copy resep. Kencangkan sabuk pengaman dan selamat membaca . 🙂

Komponen Resep

Komponen resep menurut fungsi bahan obatnya terbagi atas :

  1. Remidium cardinal, merupakan bahan atau obat berkhasiat utama.
  2. Remidium adjuvant, merupakan bahan atau obat yang berkhasiat yang menunjang bekerjanya zat utama.
  3. Corrigens, merupakan bahan atau obat tambahan untuk memperbaiki rasa, warna dan bau obat utama.

Corrigens dapat berupa :

  1. Corrigens actionis, merupakan obat yang memperbaiki atau menambah efek obat utama. Contoh : Kalii Sufas dalam Resep Standart Pulvis Pulvis Opii sebagai zat khasiat utama memiliki efek samping menyebabkan sembelit pada pasien, Kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja Pulvis Opii tersebut.
  2. Corrigen saporis, merupakan zat tambahan yang berfungsi memperbaiki rasa obat. Contoh : sirupus simpleks, sirupus aurantii, dll
  3. Corrigens odoris, merupakan zat tambahan yang berfungsi memperbaiki bau obat. Contoh : oleum menthae piperatae, oleum annisi, oleum cinnamommi, dll
  4. Corrigens coloris, merupakan zat tambahan yang berfungsi memperbaiki warna obat. Contoh : caramel (coklat), carminum (merah)
  5. Corrigens solubilis, merupakan zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Contoh: Iodium tidak larut dalam air, tetapi dengan penambahan kalium iodide menjadi mudah larut.

Constituen, merupakan bahan tambahan yang dipakai sebagaibahan pengisi dan pemberi bentuk, untuk memperbesar volume obat. Contoh : laktosa pada serbuk minum, amylum dan talcum pada bedak tabur.

Resep yang memerlukan penanganan segera

Pada penanganan pasien yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberi tanda pada pojok kanan atas resepnya dengan kata-kata : cito (segera), Urgent (sangat penting), statim (penting), P.I.M (periculum in mora) artinya berbahaya bila ditunda. Urutan yang didahulukan adalah :

  1. I.M
  2. Urgent
  3. Statim
  4. Cito

Resep-resep dengan disertai salah satu tanda diatas, pembuatan sediaannya harus didahulukan dari resep-resep yang lainnya.

Resep yang mengandung Narkotika

Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada :

  1. Tulisan atau tanda iter (iteratie) yang berarti dapat diulang
  2. m.i (mihi ipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri
  3. u.c (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui
Resep yang dapat atau tidak dapat diulang

Dokter dapat menghendaki agar resepnya dapat diulang, apabila suatu resep dikehendaki untuk diulang maka pada resep tersebut ditulis kata “iter/iteratie” dan diikuti angka yang menunjukkan jumlah pengulangan dari resep tersebut. Sebagai contoh, pada resep tertulis Iter 3 x, hal tersebut berarti resep tersebut boleh diulang sebanyak 3 kali dan dilayani sebanyak 1 + 3 kali = 4 kali.

Dokter dapat juga menghendaki agar resepnya tidak boleh diulang tanpa sepengetahuannya, maka dapat dituliskan pada resep tersebut dengan kata “n.i” = ne iterature (tidak boleh diulang)

Resep yang dapat atau tidak dapat diulang

Dokter dapat menghendaki agar resepnya dapat diulang, apabila suatu resep dikehendaki untuk diulang maka pada resep tersebut ditulis kata “iter/iteratie” dan diikuti angka yang menunjukkan jumlah pengulangan dari resep tersebut. Sebagai contoh, pada resep tertulis Iter 3 x, hal tersebut berarti resep tersebut boleh diulang sebanyak 3 kali dan dilayani sebanyak 1 + 3 kali = 4 kali.

Dokter dapat juga menghendaki agar resepnya tidak boleh diulang tanpa sepengetahuannya, maka dapat dituliskan pada resep tersebut dengan kata “n.i” = ne iterator (tidak boleh diulang)

Tempat mengambil obat dengan resep

Apotek adalah tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan juga penyaluran obat kepada masyarakat, apotek ada dua macam yaitu :

  1. Apotek Rumah sakit

Apotek rumah sakit hanya melayani resep-resep dari dokter Rumah Sakit yang bersangkutan. Resep yang berasal dari dokter di Rumah Sakit, mencantumkan nama Rumah Sakit serta bagian pelayanan fungsional dari dokter yang menulis resep. Resep dokter pribadi tidak bisa  dilayani di apotek Rumah Sakit.

  1. Apotek umum

Apotek umum bisa melayani semua resep dokter, termasuk resep dari rumah sakit apabila apotek Rumah Sakit kebetulan tidak memiliki obat yang diminta.

Pengelolaan resep yang telah dikerjakan
  1. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/ pembuatan resep. Umumnya disusun selama 1 tahun, kemudian untuk tahun berikutnya disendirikan.
  2. Resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya, ditandai garis merah dibawah nama obat narkotiknya
  3. Resep yang telah disimpan lebih dari 5 tahun, dapat dimusnahkan dan cara pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai
  4. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas lain. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan resep.
Singkatan bahasa latin

Bahasa yang digunakan dalam penulisan adalah Bahasa latin. Bahasa latin tidak hanya digunakan untuk menuliskan nama-nama obat tetapi juga untuk ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan atau bentuk obat, termasuk petunjuk-petunjuk aturan pemakaian obat yang pada umumnya ditulis berupa singkatan. Untuk menghindari salah penafsiran membaca resep, sedapat mungkin menghindari singkatan dalam Bahasa Indonesia untuk obat dan aturan pakainya. Missal “obat batuk hitam” tidak ditulis o.b.h melainkan ditulis pot. nigra ct (Potio Nigra Contra Tussim).

Alasan-alasan penggunaan Bahasa latin adalah sebagai berikut:

  1. Bahasa latin adalah Bahasa yang mati, artinya tidak dipakai lagi dalam percakapan sehari-hari sehingga tidak mengalami pembentukan kosa kata baru.
  2. Bahasa latin merupakan Bahasa internasional dalam dunia atau profesi kedokteran dan kefarmasian (misalnya nama-nama anatomi bagian tubuh, nama penyakit dan gejala penyakit, nama bahan obat, nama tumbuhan obat berkhasiat). Sehingga menjadi satu persepsi dalam pengertian.
  3. Dengan menggunakan Bahasa latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan atau zat yang dimaksud dalam resep. Sehingga kesalahan dalam mengartikan maksud resep tidak akan terjadi.
  4. Dalam hal tertentu dikarenakan faktor psikologis ada baiknya pasien tidak perlu mengetahui bahan obat yang diberikan kepadanya.
Salinan resep / copy resep

Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang ditulis oleh seorang apoteker untuk diberikan kepada pasien. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum dan afscrift. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula :

  1. Nama dan alamat apotek
  2. Nama dan nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek
  3. Tanda tangan Apoteker
  4. Tanda copy resep (detur dan ne detur). Tanda -det- untuk obat yang sudah diserahkan, dan -ne detur- untuk obat yang belum diserahkan. Pada resep dengan tanda Iter …X diberi tanda -det orig- untuk pembelian pertama, untuk pembelian kedua dst (sesuai dengan iter) diberi tanda det Iter ….X.
  5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

Copy resep dapat dikeluarkan apabila :

  1. Terdapat tanda “iter” dan “Rep”, hal ini dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan pasien masih memerlukan pengulangan terapi. Iter merupakan kependekan dari iterator, sementara Rep merupakan kependekan dari Reperature. Keduanya dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai dapat diulang.
  2. Pasien tidak bisa menebus resep secara penuh karena suatu hal.
  3. Apotek tidak memiliki sebagian obat yang tertulis di resep.
  4. Permintaan dari lembaga yang membiayai pengobatan pasien.
Etiket obat

Setiap sediaan obat racikan harus diberi etiket sebelum diserahkan kepada pasien. Akurasi suatu etiket sangat diutamakan sebagaimana pentingnya informasi aturan pakai sediaan yang disampaikan kepada pasien. Informasi yang tidak tepat akan menimbulkan kesalahan dalam penggunaan obat oleh pasien. Kesalahan penggunaan obat bisa merugikan dan membahayakan keselamatan pasien. Walaupun farmasis atau praktisi kesehatan selalu memberikan saran dan petunjuk kepada pasien saat penyerahan obat, pasien cenderung tidak akan mampu mengingat semua informasi tersebut secara verbal. Oleh Karena itu etiket merupakan pengingat utama tentang hal penting yang harus diketahui pasien. Informasi yang tercantum dalam etiket harus mudah dibaca, ringkas, memadai, mudah dimengerti dan akurat. Semua hal tersebut ditujukan agar obat bisa digunakan sesuai dengan aturan yang tepat, sehingga efek terapi bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Etiket obat dibedakan menjadi 2 jenis. Etiket untuk obat dalam (per oral) berwarna putih dan etiket untuk obat luar berwarna biru dengan ditambah keterangan “obat luar”. Obat oral atau obat dalam obat yang penggunaannya melalui rute atau jalur sistem pencernaan, apabila obat luar adalah yang digunakan secara topical atau yang digunakan dengan tidak melalui rute system pencernaan.

Etiket obat yang ideal memuat beberapa informasi, yaitu :

  1. Nama apotek dan alamat apotek
  2. Nama apoteker dan nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek
  3. Nomor urut pembutan sediaan dan tanggal pembuatan
  4. Nama pasien dan umur pasien
  5. Aturan pemakaian sediaan
  6. Paraf pembuat sediaan

Penempatan etiket yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Posisi etiket yang tepat, contoh :
  2. Pada botol obat, etiket harus berada di posisi depan botol sekitar 1/3 dari bawah wadah
  3. Pot salep, etiket harus ditempatkan pada sisi pot salep. Pastikan etiket dapat terbaca saat keadaan tertutup.

Catatan : pasien dapat membuka wadah tanpa merusak etiket, pastikan etiket diletakkan pada posisi yang baik, lurus dan tidak miring.

  1. Bersih

Pastikan wadah dalam keadaan bersih sebelum produk dikemas, bersihkan sisi luar wadah sebelum memasang etiket (botol, pot salep, dos bedak, pot krim). Hindari menuangkan sediaan cair ke dalam wadah yang telah diberi etiket untuk menghindari kerusakan etiket akibat terkena tetesan obat. Kemasan yang tidak bersih bisa menimbulkan lepasnya etiket yang tertempel pada kemasan, karena mungkin minyak-minyak yang tidak sengaja tertempel yang membuat etiket mudah terlepas

  1. Aman

Pastikan etiket telah aman sebelum menyerahkan obat ke pasien. Pastikan etiket tertempel dengan benar. Alasan utama etiket tidak menempel pada wadah sediaan karena kemungkinan wadah kotor atau berminyak. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi terlepasnya etiket yang akan membuat pasien kesulitan dalam menggunakan obat.

Selain etiket, sediaan obat racikan dapat juga ditambahkan informasi berupa label. Label-label tersebut antara lain kocok dahulu, jangan dikocok (untuk sediaan saturasi), tidak boleh diulang tanpa resep dokter.