Kategori
Info Kesehatan

PROMOSI KESEHATAN

Konsep Dasar Promosi Kesehatan

Pengertian promosi kesehatan                         

Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. (Depkes RI, 2006 yang dikutip oleh Ferry Efendi dan Makhfudi, 2009)

Batasan Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2007) Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:

  • Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan)
  • Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
  • Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)

Sedangkan pendidikan promosi adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dibidang kesehatan. Hasil output yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif  ini mengandung berbagai dimensi sebagai berikut:  (1) perubahan perilaku, (2) pembinaan perilaku, (3) pengembangan perilaku.

Tujuan Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2007) tujuan promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi dan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, upaya-upaya tersebut dapat dirumuskan menjadi 3 butir:

  • Advokat (Advocate)

Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

  • Menjembatani (Mediate)

Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.

  • Memampukan (Enable)

Memberikan keemampuan atau ketrampilan kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.

Strategi Promosi kesehatan

Soekidjo Notoatmodjo (2007) mengutip dari WHO (1984), Strategi Promosi  kesehatan yaitu:

  • Advokasi (advocacy)

Tujuannya adalah  agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kesehatan publik.

  • Dukungan Sosial (sosial support)

Tujuan kegiatan ini agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama.

  • Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Tujuannya adalah agar masyarakat mempunyai kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Soekidjo Notoatmodjo (2007) mengutip dari piagam Ottawa (1986) Strategi Peromosi kesehatan yaitu:

  • Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Healthy publik policy)

Kebijakan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

  • Lingkungan yang Mendukung (Supportive environment)

Kegiatan ini  ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum. Kegiatan mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.  

  • Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient health service)

Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan, baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri.

  • Keterampilan Individu (Personal skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu kesehatan kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga, dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting.

  • Gerakan Masyarakat (Community action)

Meningkatkan kegiatan-kegiatan masyarakat dalam mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat.

Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran penyuluhan kesehatan adalah :

  • Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya mempunyai sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk asalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.

  • Sasaran Sekunder (secondary Target)

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya

  • Sasaran Tersier (Tertiary target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007), Cakupan promosi kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni sangat luas. Cakupan tersebut dapat dilihat dari 2 dimensi, yakni: dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

  • Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif  (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua, yakni:

  • Promosi kesehatan pada aspek promotif

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat.

  • Promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yakni:

  • Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek  ini adalah kelompok masyarakat yang beresiko tinggi, misalnya kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas dan sebagainya. Tujuannya agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.

  • Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, DM, rematik,dan sebagainya. Tujuannya agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.

  • Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya agar mereka segera pulih kembali kesehatannya.

  • Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan, ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan menjadi:

  • Promosi Kesehatan Pada tatanan Keluarga

Keluarga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai dari masing-masing keluarga.

  • Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Oleh sebab itu lingkungan sekolah baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak.

  • Promosi kesehatan ditempat kerja

Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawan dan hasilnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal.

  • Promosi di tempat-tempat umum

Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.

  • Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilaitas kesehatan ini mencakup rumah sakit, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya

  • Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan, yakni:

  • Promosi kesehatan (Health promotion)

Kegiatan promosi kesehatan diantaranya peningkatan gizi balita, perbaikan saluran pembuangan, pembuatan jamban sehata bagi keluarga.

  • Perlindungan khusus (Specifik protection)

Kegiatan perlindungan khusus misalnya pemberian imunisasi yang diwajibkan seperti BCG, DPT<, polio, campak dan hepatitis. Pemberian imunisasi yang dianjurkan seperti Mump, Rubella, influenza.

  • Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompt treatmen)

Temuan kasus dini berbagai penyakit dimasyarakat untuk menghindari akibat yang lebih lanjut, seperti temuan kasus TB paru, gizi buruk dan lumpuh layu di beberapa wilayah Indonesia.

  • Pembatasan cacat (Disability limitation)

Pendidikan kesehatan diberikan untuk mencegah akibat lanjut pada individu dari kecacatan atas penyakit yang dialaminya.

  • Rehabilitas (Rehabilitation)

Pendidikan kesehatan diberikan kepada sasaran yang telah melakukan perawatan atas penyakit tertentu, supaya tidak terulang kembali maka perlu rehabilitasi tuntas sehingga individu mampu melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya. 

Perilaku dalam Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui:

  • Tekanan (Enforcement)

Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaan. Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan, instruksi-instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non fisik), sanksi-sanksi dan sebagainya.

  • Pendidikan

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Agar upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut. Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis  perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

  • Faktor predisposisi (Predisposing faktor)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku sehingga sering disebut faktor permudah.

  • Faktor Pemungkin (Enabling Faktor)

Mencakup tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat termasuk jadi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan sehingga disebut faktor pendukung atau pemungkin.

  • Faktor penguat (Reinforcing faktor)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas kesehatan, termasuk juga undang-undang, peraturan dari pusat maupun daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh dari masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan. Disamping itu UU  juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat.

Metode Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2007) materi dalam pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran invidual, untuk sasaran massapun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya. Berikut akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (publik).

  • Metode pendidikan individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina sseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu metode ini.bentuk pendekatan ini, antara lain: 

  • Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya.

  • Wawancara (Interview)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

  • Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metode akan lain dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

  • Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain antara ceramah dan seminar.

  • Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok kecil. Metode- metode untuk kelompok kecil ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok- kelompok kecil, memainkan peranan dan permainan simulasi

  • Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga akan ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Pada umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak langsung, menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa antara lain:

  • Ceramah umum
  • Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV, maupun radio.
  • Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalh kesehatan disuatu media massa.
  • Sinetron tentang kesehatan.
  • Tulisan-tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
  • Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya.

Media Promosi  Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Berdasarkan fungsinya, media ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (Soekidjo Notoatmodjo, 2007) 

  • media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain:

  • Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
  • Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat, maupun gambar atau kombinasi.
  • Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak dilipat
  • Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi ganbar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
  • Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
  • Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
  • Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
  • Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk penyampaian pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya antara lain:

  • Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV spot, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya
  • Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan, sandiwara radio, ceramah dan sebagainya.
  • Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video
  • Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan
  • Film strip, film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
  • Media papan (billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum data diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

Tahap – tahap Kegiatan Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan harus melalui tahap-tahap yang hati-hati secara ilmiah. Azwar (1983) yang dikutip M. Adi setiawan (2008)  , mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut:

  • Tahap Sensitisasi

Memberikan informasi dan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal- hal penting berkaitan dengan kesehatan.

  • Tahap Publisitas

Tahap ini adalah kelanjutan dari sensitisasi. Bentuk kegiatan misalnya press release dikeluarkan Depkes untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan yang diberikan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

  • Tahap edukasi

Untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.

  • Tahap Motivasi

Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar- benar mengubah perilaku sehari harinya sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

Cinta lestari (2010) mengutip dari Effendi (1998), faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah :

  • Tingkat Pendidikan.

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya.

  • Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

  • Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

  • Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

  • Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam promosi kesehatan adalah  terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip – prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari – hari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (M.Ady Setiawan Syah, 2008 mengutip dari Effendy, 1998)