Kategori
Materi Mapel PF 3

Swamedikasi kecacingan

Berbagai masalah Kesehatan masih banyak terjadi di Indonesia. Beberapa masalah penyakit yang menular maupun yang tidak menular. Salah satu masalah Kesehatan yang masih mengintai adalah kecacingan. Kecacingan mayoritas mengenai anak-anak, namun juga bisa mengenai orang dewasa. Kecacingan merupakan masalah Kesehatan yang perlu ditangani secara serius terutama untuk negara dengan daerah tropis seperti Indonesia. Kecacingan bisa menyebabkan masalah serius, seperti menurunnya daya tahan tubuh, mengganggu tumbuh kembang anak, menyebabkan kekurangan gizi dan zat besi yang memicu munculnya masalah lain yaitu anemia

1. DEFINISI

Kecacingan bisa didefinisikan sebagai kondisi seseorang mempunyai cacing dalam system pencernaan utamanya pada ususnya dan menimbulkan gejala ataupun tanpa gejala.

2. GEJALA UMUM DAN GEJALA SPESIFIK

Gejala-gajala yang umum muncul pada kasus kecacingan adalah sebagai berikut.

  1. Mengeluarkan cacing saat BAB atau muntah
  2. Badan pasien menjadi kurus dan perut buncit
  3. Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, dan gelisah serta sukar tidur
  4. Gatal-gatal di sekitar dubur, terutama pada malam hari (cacing kremi)
  5. Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia

Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah :

  1. Gejala  penderita  cacing   kremi   (Oxyuris/Entrobius  vermicularis)  adalah rasa gatal  sekitar  anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur.
  2. Gejala  penderita  cacing  gelang  (Askariasis)  adalah  gangguan  lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
  3. Gejala  penderita  cacing  tambang  (Nekatoriasis/Ankilostomiasis)  adalah gangguan  saluran  cerna (mual, muntah, diare dan  nyeri  ulu hati), pusing nyeri kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.

3. PENYEBAB

  • Cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )

SUMBER :
https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

Penyakit yang ditimbulkan dari cacing jenis ini adalah Ascariasis. Cacing gelang adalah parasit yang hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia.

Ascariasis dapat ditemukan di mana saja, tetapi lebih sering terjadi di wilayah dengan fasilitas kebersihan yang kurang memadai. Menurut data World Health Organization (WHO), lebih dari 10 persen populasi dunia terinfeksi cacing, dan paling banyak disebabkan oleh cacing gelang. Data WHO juga menyebutkan, angka kematian akibat ascariasis berat diperkirakan mencapai 60 ribu orang tiap tahun. Dari jumlah tersebut, kebanyakan adalah anak-anak.

Saat seseorang mengalami infeksi cacing gelang awalnya mungkin ia tidak merasakan gejala apa pun. Namun ketika infeksi telah memasuki waktu satu pekan, larva masuk ke jaringan otot dan menyebabkan bermacam gejala. Saat cacing gelang masih di dalam usus, gejalanya antara lain kram perut, lemas, muntah, diare

  • Cacing cambuk ( Trichuris trichiura)
SUMBER :
https://medlab.id/trichuris-trichiura/
SUMBER:
https://medlab.id/trichuris-trichiura/

Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit trichuriasis, cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai cambuk.

Cacing dewasa hidup di sekum (cecum) tapi pada infeksi yang berat dapat dijumpai dibagian bawah ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja, telur mengandung larva / menjadi infektif dalam waktu 2 – 4 minggu. Apabila telur tertelan manusia, telur akan menetas menjadi larva di istestinum tenue kemudian larva menembus villi-villi usus dan tinggal didalamnya selama 3 – 10 hari. Setelah larva tumbuh , kemudian larva turun sampai sekum kemudian menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan sejak tertelannya telur sampai menjadi cacing dewasa yang siap bertelur kira-kira 90 hari.

Insidensi penyakit trichuriasis biasanya tinggi tetapi intensitas infeksinya ringan. Pada negara tropis rata-rata insidensi 80% sedangkan di Amerika Serikat hanya 0,05 – 10%. Anak-anak lebih sering terkena infeksi daripada orang dewasa.

  • Cacing kremi ( E. vermicularis)
SUMBER:
https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/
SUMBER:
https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/

Cacing kremi adalah jenis cacing yang bersifat parasit dan menyerang atau menjangkiti usus besar manusia. Parasit ini memiliki karakteristik fisik yang sekilas terlihat seperti benang dan berwarna putih. Cacing kremi memiliki nama latin Enterobius vermicularis, dan memiliki rata-rata panhang tubuh 5–13 milimeter. Selain itu, parasit ini bisa dilihat pada tinja (feses) atau sekitar lubang anus si pengidap cacing kremi. Karena cacing ini menaruh telur-telurnya pada lipatan di sekeliling anus saat pengidap tertidur.

Umumnya, infeksi yang ditimbulkan oleh cacing kremi tidak akan menimbulkan kondisi medis yang serius. Namun, cacing kremi bisa naik ke area anal menuju ke vagina, uterus, tuba falopi, dan sekitar organ pada pinggul. Meskipun jarang terjadi, komplikasi seperti peradangan lapisan dinding dalam uterus (endometris) dan peradangan vagina (vaginitis) mengancam si pengidap.

Seseorang bisa terjangkit parasit cacing kremi jika menelan telur dari cacing kremi. Telur tersebut juga bisa tertelan setelah terhirup lebih dahulu. Ketika bertelur, seekor cacing kremi betina bisa meletakan ribuan telur di sekitar vagina atau anus. Saat proses bertelur, rasa gatal yang diidap oleh pengidap disebabkan karena cacing kremi betina mengeluarkan lendir yang menyebabkan rasa gatal. Rasa gatal akan memancing pengidap untuk menggaruk atau mengelap anus atau vagina. Saat menggaruk atau mengelap itulah, telur-telur cacing bisa menempel pada ujung jari atau di bawah kuku pengidap.

Telur cacing kremi bisa bertahan hidup selama dua minggu. Telur-telur cacing kremi pada tangan pengidap bisa berpindah pada benda apa pun yang disentuhnya seperti perabotan rumah, bantal, sarung, sikat gigi.

Cacing kremi kebanyakan diidap oleh anak-anak karena masih belum bisa menjaga kebersihan tangannya dengan baik. Selain anak-anak, seseorang yang sering melakukan kontak langsung dengan pengidap cacing kremi dan yang hidup di lingkungan padat penduduk juga berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit ini.

Dalam penyebaran infeksi Oxyuris vermicularis tinja tidak penting dalam penyebaran infeksi, tetapi yang penting dalam penyebaran infeksi adalah tangan, pakaian dan debu (udara). Infeksi cacing kremi sering terjadi pada keluarga atau diantara anak-anak dalam satu sekolah atau asrama. Orang yang paling sering terinfeksi cacing kremi adalah anak-anak dibawah usia 18 tahun dan orang dewasa yang merawat anak-anak yang terinfeksi. Dalam kelompok ini prevalensi bisa mencapai 50%. Manusia merupakan satu-satunya hosper Oxyuris vermicularis, hewan peliharaan seperti anjing dan kucing tidak dapat terinfeksi cacing ini.

  • Cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
SUMBER:
https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/
SUMBER:
https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/

Penyakit cacing tambang masih menjadi masalah utama di beberapa negara. Di Indonesia, angka kejadian penyakit ini masih sangat tinggi, yaitu hingga 62% di daerah tertentu.

Ada beberapa jenis cacing yang dapat menyebabkan penyakit cacing tambang. Di antaranya adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Larva cacing yang berada di tanah dapat menginfeksi manusia melalui kulit yang tidak terlindungi.

Larva yang masuk ke dalam kulit akan terbawa oleh aliran darah dan masuk ke paru-paru, lalu berpindah ke kerongkongan. Larva cacing kemudian bisa tertelan dan akhirnya masuk ke dalam usus halus, lalu hidup dan tumbuh menjadi cacing dewasa dengan mengisap darah dari dinding usus.

Beraktivitas di daerah yang sanitasinya kurang baik tanpa menggunakan alas kaki berisiko tinggi menyebabkan seseorang terkena penyakit cacing tambang. Orang yang kurang menjaga kebersihan dan malas mencuci tangan juga bisa terinfeksi cacing tambang.

Gejala penyakit cacing tambang bisa muncul mulai dari larva memasuki kulit hingga saat cacing sudah di dalam usus. Saat larva cacing tambang masuk ke kulit, area tersebut bisa mengalami reaksi alergi yang menyebabkan ruam dan gatal. Selain itu, larva cacing pada paru-paru juga dapat menyebabkan batuk, demam, hingga sesak napas.

Gejala yang tampak paling jelas biasanya adalah gejala akibat infeksi cacing pada saluran pencernaan. Hal ini karena cacing bisa tumbuh besar dan berkembang biak menjadi banyak di dalam usus. Semakin banyak cacing di usus, semakin banyak pula darah yang diambil. Selain itu, cacing juga bisa menyebabkan peradangan pada usus.

  • Cacing pita ( Taenia sp)

Cacing pita dapat masuk ke dalam tubuh siapa saja dan menyebabkan infeksi. Infeksi cacing pita lebih berisiko terjadi pada kondisi di mana sanitasi lingkungan buruk, dan mengonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik.

CACING PITA BABI (Taenia solium)

SUMBER:
https://medlab.id/taenia-solium/
SIKLUS HIDUP CACING PITA BABI
SUMBER:
https://medlab.id/taenia-solium/

Taenia solium merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup dalam usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis solium dan larvanya menyebabkan penyakit cysticercosis cellulosae. Taenia solium disebut juga dengan the pork tapeworm atau cacing pita babi. Hospes definitifnya adalah manusia sedangkan hospes intermediernya adalah babi atau beruang hutan.

Cacing dewasa biasanya hanya menyebabkan peradangan setempat pada mukosa usus, kerusakan yang lebih berat ditimbulkan oleh bentuk larvanya (cysticercus cellulosae). Penderita taeniasis solium mungkin  hanya mengeluh tentang gangguan pencernaan yang sifatnya ringan tetapi menahun, misalnya rasa sakit perut yang tidak begitu nyata, diare, konstipasi bergantian, serta dapat terjadi eosinofilia mencapai 28%. Pada cysticercosis gejala yang terjadi tergantung pada lokasi cysticercus cellulosae. Cysticercus cellulosae bisa terdapat di kulit, otot, otak dan mata, sering kali bersifat multiple dan tempat yang paling sering dihinggapi adalah otot bergaris dan otak. Kista yang sedang tumbuh menimbulkan reaksi peradangan dan akhirnya fibrosis atau perkapuran. Pada stadium infasi tidak ada gejala prodormal atau sakit otot ringan dan suhu sedikit meninggi. Terjadi pembentukan kapsul dengan perubahan vaskuler. Kadang-kadang parasit ini diserap atau diganti jaringan ikat. Keadaan ini dapat menyebabkan adanya suatu fokus epilepsi. Mungkin juga terjadi perkapuran dan penyerapan sebagai parasit. Gejala dini yang mungkin terjadi adalah adanya tanda oleh karena adanya proses desak ruang atau adanya sumbatan dari cairan otak. Gejala lambat yang menonjol adalah epilepsi tipe Jackson. Cysticercosis di berbagai bagian otak menimbulkan berbagai macam gejala tergantung letak cysticercus cellulosae.

Taenia solium dapat dijumpai di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak mengkonsumsi daging babi dan mempunyai sanitasi yang buruk.

CACING PITA SAPI (Taenia Saginata)

SUMBER:
https://medlab.id/taenia-saginata/
DAUR HIDUP CACING PITA SAPI
SUMBER:
https://medlab.id/taenia-saginata/

Taenia saginata merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup dalam usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis saginata. Cacing ini disebut juga dengan Taeniarhynchus saginata dan cacing pita sapi. Hospes definitif dari parasit ini adalah manusia sedangkan hospes intermediernya adalah sapi.

Cacing dewasa jarang menimbulkan gejala yang nyata, keluhan yang mungkin dijumpai adalah rasa sakit di epigastrium. diare, rasa tidak enak di perut yang tidak nyata. Proglotid dapat bergerak aktif, kadang dapat ditemukan pada pakaian dalam atau tempat tidur dan ini dapat menimbulkan gangguan misalnya rasa bingung, jijik dan lain-lain. Kemungkinan cysticercosis sangat kecil dan prognosa taeniasis adalah baik.

Cacing ini dapat dijumpai di seluruh dunia terutama di daerah yang banyak mengkonsumsi daging sapi dan mempunyai sanitasi yang buruk.

  • Trematoda
SUMBER:
https://medlab.id/trematoda/

Trematoda adalah kelas parasit yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Berdasarkan jenis kelamin kelas trematoda dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Golongan hermaprodit (berkelamin ganda) Contoh : Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Fasciolopsis buski.

2. Golongan anhermaprodit (organ genital terpisah) Contoh : Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium.
Trematoda yang terdapat pada manusia termasuk dalam kelompok Digenia. Digenia adalah kelompok dimana reproduksinya terdiri daei 2 fase, yaitu fase seksual pada hospes definitif dan fase aseksual pada hospes intermedier / hospes perantara. Golongan hermaprodit mempunyai 2 hospes intermedier sedangkan golongan anhermaprodit tidak.

Pembagian trematoda berdasarkan habitat :
1. Trematoda usus : Fasciolopsis buski, Heterophydae, Echinostoma ilocanum
2. Trematoda hati : Fasciola hepatica, Opistorchis felineus, Clonorchis sinensis, Opisthorchis viverini
3. Trematoda paru-paru : Paragonimus westermani
4. Trematoda darah : Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium

4. HAL YANG DAPAT DILAKUKAN

Secara umum ada beberapa Tindakan yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut :

  1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setalh uang air besar dan pada waktu mandi.
  2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan-bahan makanan untuk mencegah atau menghindari telur cacing yang mungkin masis ada .
  3. Dalam hal mengolah makanan dan minuman untuk selalu diolah atau dimasak dengan benar, hal ini untuk mencegah ikutnya tertelannya telur cacing.
  4. Menggunakan karbol di kamar mandi, untuk membunuh larva cacing.
  5. Menggunakan alas kaki untuk menghindari kontak atau menyentuh langsung permukaan tanah saat bekerja di halaman, kebun, lahan pertanian dan terutama daerah pertambangan.

5. PENGOBATAN

1. Pirantel Pamoat
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, oksiuriasis, ankilostomiasis dan nekatoriasis.

b. Hal yang harus diperhatikan
• Aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi

c. Kontra Indikasi
• Penderita gangguan fungsi hati
• Anak di bawah umur 2 tahun
• Ibu hamil

d. Efek Samping
• Nafsu makan hilang (anoreksia), mual, muntah, diare, kram lambung, meningkatkan SGOT, sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam kulit.

e. Bentuk sediaan
• Tablet 125 mg
• Tablet 250 mg

f. Aturan pemakaian
• Tablet 125 mg

o 1 – 5 tahun : 1 tablet
o 5 – 9 tahun : 2 tablet
o 10 – 15 tahun : 3 tablet
o diatas 15 tahun dan dewasa : 4 tablet

• Tablet 250 mg
o 1 – 5 tahun :½ tablet
o 5 – 9 tahun : 1 tablet
o 10 – 15 tahun : 1½ tablet
o diatas 15 tahun dan dewasa : 2 tablet

2. Mebendazol
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, trikuriasis, enterobiasis, ankilostomiasis, nekatoriasis dan infeksi campuran.

b. Hal yang harus diperhatikan
• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita diabet dan ibu menyusui.
• Penggunaan jangka panjang dengan dosis besar dapat menimbulkan penurunan sel darah putih (neutropenia) kembali normal bila obat dihentikan.

c. Kontra Indikasi
• Anak balita dan ibu hamil akan mengakibatkan pembentukan sel yang tidak normal (teratogenik)

d. Efek Samping
• Nyeri pada lambung, diare

e. Bentuk Sediaan
• Tablet 100 mg

f. Aturan pemakaian
• Untuk cacing kremi, 1 tablet sehari
• Untuk cacing cambuk, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama 3 hari berturut-turut.
• Untuk cacing gelang, 1 tablet setiap pagi dan 1 tablet setiap malam selama 3 hari berturut-turut.

3. Piperazin
a. Kegunaan Obat
• Pengobatan askariasis, oksiuriasis atau enterobiasis

b. Hal yang harus diperhatikan
• aturan pakai harus dibaca dan dipatuhi

c. Kontraindikasi
• Penderita epilepsi
• Alergi terhadap piperasin
• Gangguan fungsi hati atau ginjal

d. Efek Samping
• Mual, muntah, gangguan pada fokus mata, dermatitis, diare dan reaksi alergi.

e. Bentuk Sediaan
• Sirup piperazin sitrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)
• Sirup piperazin heksahidrat 1 g/5 ml (kemasan sirup 15 ml)

f. Aturan pemakaian untuk :
• Askariasis (cacing gelang) Dosis tunggal :
Diminum selama 2 hari berturut-turut.
o Bayi : 2,5 ml
o 1 – 2 tahun : 5 ml
o 3 – 5 tahun :10 ml
o diatas 6 tahun dan dewasa : 15 ml

• Oksiurasis
Diminum setelah makan, selama 4 hari berturut-turut.
o Bayi : 1 kali sehari, 2,5 ml
o 1 – 2 tahun : 2 kali sehari, 2 – 5 ml
o 3 – 5 tahun : 2 kali sehari, 5 ml
o Diatas 6 tahun dan dewasa : 3 kali sehari, 5 ml

SUMBER PUSTAKA/REFERENSI

Depkes RI. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Qiyaam, Nurul, M. Farm. Klin., Apt dan Baiq Leny Nopitasari, M. Farm., Apt. 2018. Swamedikasi. Yogyakarta : Penerbit Deepublish

CDC. Trichuriasis (also known as Whipworm Infection). http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/  Medscape. Trichuris Trichiura (Whipworm) Infection  (Trichuriasis).

https://www.alodokter.com/ascariasis

https://www.halodoc.com/inilah-yang-terjadi-pada-tubuh-saat-terinfeksi-cacing-gelang

https://medlab.id/trichuris-trichiura/

http://emedicine.medscape.com/article/788570-overview  

https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/

https://medlab.id/trichuris-trichiura/  

https://medlab.id/oxyuris-vermicularis/

https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

https://medlab.id/taenia-solium/   

https://medlab.id/taenia-saginata/

https://medlab.id/trematoda/

https://www.halodoc.com/kesehatan/cacing-kremi

https://www.alodokter.com/cacing-kremi

https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-penyakit-cacing-tambang

https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-penyakit-cacing-tambang