Sahabat semua, pada penghujung tahun 2019, dunia dikejutkan dengan munculnya varian virus corona. Covid 19 itulah kode nama yang diberikan oleh WHO. Coronavirus Disease 2019. Suatu virus yang bermula dan muncul dari kota Wuhan jauh di negeri tirai bambu. saat itu belum ada tanda-tanda akan meluas ke negara lain. Wuhan semakin parah dan parah. Hingga akhirnya ada karantina kota. Sungguh mengerikan, teringat akan film-film hollywood tentang disease yang menyebar cepat.
Perlahan-lahan mulai menyebar ke negara-negara lain. Semakin cepat dan cepat, hingga mencapai berbagai benua. Iya benua, artinya virus ini sudah semakin kuat beradaptasi. Bahkan tanpa segan masuk ke negara adidaya Amerika. Tumbuh dan berkembang pesat di sana bahkan sampai saat tulisan ini saya buat.
Semua negara bergerak bertindak melawan serbuan Virus ini. Jajaran menteri kesehatan dan lembaga-lembaga kesehatan dari masing-masing negara bergerak. APD melonjak harganya, dari sisi ekonomi akan bagus, namun dari sisi humanity akan mengenaskan.
WHO melakukan research, mencari akar masalah virus. Tim berbondong-bondong meresearch berbagai kasus virus yang pernah booming sebelumnya. Itu semua dilakukan dengan harapan segera menemukan vaksin atau anti virusnya.
Dari China yang beriklim subtropis dan sedang, Virus ini mengunjungi negara iklim tropis. tentunya itu perlu adaptasi. Saat ada kasus positif pertama di Indonesia, saya berpikir bakalan ganas virus ini. Karena saat itu saya berfikir virus ini akan semakin kuat saat masuk negara beriklim tropis seperti Indonesia. Ditambah saya yakin ini akan menjadi pandemi, meskipun di awal munculnya hanya di Kota Wuhan saja. Des, dugaan saya benar, intuisi saya benar. bangga rasanya, namun di satu sisi mulai panik juga. Wajarlah manusia biasa. Punya rasa takut, cemas.
Pelan-pelan himbauan menggunakan masker disampaikan. Namun di awal-awal ada banyak pihak bilang, masker hanya untuk yang sakit bla bla bla. Intuisi saya kembali terusik dan mengatakan dalam hati, ini virus akan menyebar di udara dalam jarak terbatas. Dan sekali lagi terbukti. Bangga? Sudah tidak lagi. Yang ada malah fobia. Berita-berita makin mengerikan, menyebarkan ketakutan kah? Hmm tidak, sebenarnya mereka menyampaikan info agar kita lebih berhati-hati, namun kadang kita yang salah menanggapi.
Masker, handscoon, hand sanitizer, Antiseptik, bahkan sampai jalan-jalan disemprot. Penggunaan vitamin over, kebutuhan melonjak, persediaan masih sama (artinya belum siap menghadapi kondisi pada saat itu). Antrian panjang di apotek, beli alkohol 70%, vitamin dll. Flashback dulu ya guys. Sebelum virus menyebar di indonesia, banyak oknum menjual masker ke luar negeri (Hongkong, Taiwan, China dll) karena negara itu sedang butuh banget. Di china bahkan harus antri hampir 24 jam untuk mendapat masker. Sekali lagi intuisi saya terusik, ini nanti bakalan repot masalah stok masker. Des, benar lagi. Stok APD masker dan sarung tangan medis hilang dari pasaran. AJIB, KEREN, LUAR BIASA (ini ungkapan marah saya saat itu). Banyak oknum meraup untung, tanpa berpikir pakai APD apa kita nanti?.
Saat itu, menurut saya masyarakat terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok yang peduli dan sadar, maka segera bergerak mematuhi anjuran PSBB dsb. Kelompok “magak”. kelompok apa ini? yaitu yang disiplin iya, melanggar juga sering. Lalu kelompok yang “terserah”. Ini yang ngeri. Tanpa disiplin dan santai sekali, entahlah benar tidaknya, karena saya hanya berbasis pengamatan lingkungan sekitar dan membaca dari medsos ataupun situs warta berita.
Jauh waktu melangkah, sampai saat tulisan ini saya buat pada tanggal 14 Juli 2020, jumlah yang positif sebanyak 78.572 orang di Indonesia. Semoga saudara-saudara kita yang terkena segera bisa sembuh.
HMM, lalu dari tulisan ini, mana yang membahas fase pasca covid 19 melanda? Tunggu kesempatan berikutnya ya.. 🙂 salam sehat selalu, Jadilah warga yang bijak dan mari tetap jalankan protokol kesehatan. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. 🙂